Keterangan Foto : Bupati bersama Wakil Bupati Madiun dan Gus Muafiq Ziaroh di makam Ki Ageng Anom Besari - Foto : puguh/berita-1.com
Madiun,berita-1.com- Dalam rangka memperingati Haul Ki Ageng Anom Besari yang ke 368,Bupati Madiun Ahmad Dawami Ragil Saputro bersama Wakil Bupati Madiun Hari Wuryanto di dampingi Kapolres Madiun serta tokoh ulama Madiun menghadiri pengajian umum di depan halaman balai Desa Kuncen Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun lebih tepatnya di Taman Makam Kuncen Mejayan, Senin, 20/03/2023 malam.
Acara tahunan yang di gelar pemerintah Desa Kuncen dengan mendatangkan kyai kondang KH.Ahmad Muafiq asal kota Yogyakarta tersebut mendapat banyak antusias dari masyarakat Kabupaten Madiun serta luar Kabupaten Madiun yang ingin merayakan haul seorang wali penyebar agama islam pertama di Madiun.
Rangkaian acara di mulai pukul 21.00 Wib dengan pembacaan ayat kursi Al-quran,doa bersama yang di pimpin oleh Mustaqim Basyari selaku pimpinan pondok pesantren Al- Basyari,di lanjut dengan sambutan Bupati Madiun.
Dalam sambutanya, Bupati Madiun yang akrab di sapa Kaji Mbing tersebut tidak banyak memberikan sambutan kepada jamaah pengajian umum. Ia hanya berdoa semoga yang mempunyai hajat terkabul hajatnya dan setiap tahun bisa rutin melangsungkan pengajiam unuk memperingati haul Ki Ageng Anom Besari.
Di ketahui, Gus Muwafiq peneceramah dengan ciri khas baju putih, bersarung, dan kopyah hitam tersebut memberikan ceramah mengenai sejarah Kiai Ageng Anom Besari. Gus Muwafiq sendiri dikenal sebagai seorang ulama yang mempunyai kecerdasan dan wawasan yang luas ,yang mana di harapkan mampu membangkitkan semangat keislaman dan sejarah yang ada di Kabupaten Madiun.
Dari silsilahnya, Ki Ageng Anom Besari yang memiliki gelar Raden Neda Kusuma serta Kiai Ageng Nggrabahan merupakan keturunan ke-14 dari Raden Wijaya. Kyai Ageng Anom Besari merupakan ayah dari Kyai Muhammad Hasan Besari yang makamnya ada di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Ponorogo.
Ki Ageng Anom Besari mendapatkan julukan Ki Ageng Nggrabahan karena ia ketika berdakwah menyamar sebagai penjual gerabah pada saat masa jaman penjajahan Belanda. Penyamaran menjadi penjual gerabah membuatnya bebas untuk bergerak menyiarkan Agama Islam.
Penulis : Puguh Setiawan